Senin, 04 Maret 2013
Oleh: Aditya Modal utama atlet terutama adalah stamina kuat yang diperoleh dari tubuh yang sehat. Menurut dokter spesialis olahraga dr Hario Tilarso, jika atlet memiliki gaya hidup yang tidak sehat, sudah pasti akan membawa kerugian. Apa itu gaya hidup yang tidak sehat? Sebagian di antaranya adalah merokok dan minum minuman beralkohol. Dengan mengonsumsi rokok dan minuman beralkohol, kerugian yang dialami atlet adalah hemoglobin dalam tubuhnya tidak bisa mengikat oksigen dengan baik. Kendati mengonsumsi alkohol bisa membuat tenang, tapi dampaknya tidak bisa mengontrol gerakan dan tidak bisa fokus, misalnya terhadap jarak tempuh bagi atlet lari jarak jauh. Hario juga menjelaskan bahwa di Indonesia memang tidak ada peraturan resminya. Hanya keputusan dari pelatih masing-masing. “Jika atlet masih ada yang melakukan seperti itu, merokok dan mengonsumsi alcohol, itu coach-nya yang gebleg, tidak menerapkan disiplin kepada para pemainnya,” urainya. Di luar negeri tidak berbeda jauh dalam segi peraturan terhadap aktivitas merokok dan mengonsumsi alkohol bagi atlet. Hanya saja di luar negeri memang lebih disiplin. Tidak ada yang merokok, namun lebih banyak mengonsumsi alkohol lantaran sudah menjadi gaya hidup di sana. “Biasanya para atlet mengonsumsi alkohol setelah bertanding,” jelasnya. Sementara menurut pengakuan atlet angkat besi Triyatno, sebenarnya atlet tidak diperbolehkan merokok. Triyatno mengakui bahwa peraturannya memang dari pelatih. “Sebab stamina mereka akan menurun dan berkurang, napas pun menjadi pendek,” ujarnya. Kendati demikian dia mengakui masih banyak atlet yang merokok. Padahal pelatih sudah mengingatkan agar tidak melakukannya. “Kebanyakan merokok colongan (diam-diam). Jadi semua tergantung dari para atlet itu sendiri,” tambahnya. Ia melanjutkan kalau perilaku atlet di luar negeri dan di Indonesia sama saja. Pemain sepak bola klub Sriwijaya FC, Ahmad Jufriyanto mengatakan kalau alkohol dan merokok, sulit dipisahkan dari kehidupan atlet. Dan tidak semua atlet bersih. “Selagi kadarnya tidak berlebihan, sepertinya tidak masalah,” jelasnya. Dari pengalamannya, jika mengonsumsi alkohol dan rokok sekaligus, tidak memiliki efek yang serius bagi tubuh. “Namun menurut pengalaman saya, bagi pemain berusia 30 tahun ke atas, jika bermain di lapangan tidak akan mampu tampil selama 90 menit. Saat main pun gampak capek,” imbuhnya. Hanya pemain yang bersih, dalam arti bebas alkohol dan rokok yang masih kuat. Mereka ini masih bisa menandingi pemain-pemain yang masih berusia lebih muda. Mengenai kebijakan peraturan di Indonesia, Jufriyanto melihat itu adalah kebijakan klub atau pelatih. “Itu semua lifestyle dari individu masing-masing,” urainya. Di luar negeri pun dikatakan Jufriyanto sama dengan di Indonesia. “Atlet di luar negeri juga minum, merokok, dugem. Namun mereka melakukan itu setelah bertanding, merayakan kemenangan, lalu kemudian kembali hidup sehat,” tutupnya.
0 komentar:
Posting Komentar