-->

Sabtu, 10 Oktober 2009

Tips Kurusakan Tubuh yang tak Biasa


Sudah diet mati-matian tapi berat badan tak kunjung turun? Ada baiknya Anda mengenali metabolisme tubuh Anda, sehingga situasi "sengsara yang tak membawa nikmat" tidak lagi menghinggapi diri Anda.

Sudah tiga bulan terakhir ini Fitri berdiet. Tubuh perempuan bertinggi 165 cm ini memang sangat gemuk, dan dia berencana menurunkan berat badannya hingga ke berat proporsionalnya. Di bulan pertama, berat tubuh Fitri memang turun, tapi hanya mencapai 2 kg. Setelah itu, jarum di timbangan tak mau lagi bergerak turun. Padahal, ia sudah habis-habisan berdiet.


Dia bahkan rela tak makan sama sekali sepanjang hari dan malam, kecuali beberapa potong roti. Menurut Riani Susanto D. CT, ahli naturopati, sulitnya menaikkan atau menurunkan berat badan bisa saja terjadi. Meski cara berdietnya bisa saja salah, jangan buru-buru menuding faktor ini sebagai penyebabnya. Sebab, ada hal-hal lain yang harus diperhatikan ketika akan menguruskan atau menggemukkan badan.
Antara lain, metabolisme tubuh. Metabolisme tubuh tak selalu sama pada setiap orang, karena dipengaruhi faktor genetik yang menyumbang 15 persen, serta pola makan. Sebagian orang memiliki sistem metabolisme tubuh yang cepat, sebagian lagi lambat. Mengapa metabolisme tubuh seseorang berjalan lambat? Menurut Riani, hal ini bisa terjadi karena proses penuaan, karena metabolisme tak bisa melawan hal yang satu ini.
Riani yang juga pemilik restoran dan toko Healthy Choice ini mencontohkan, ketika seorang anak kecil jatuh dan terluka bersama ibu dan neneknya, ketiganya akan menjalani proses penyembuhan yang berbeda waktunya. Si Kecil akan lebih cepat sembuh daripada ibunya, dan ibunya akan lebih cepat sembuh daripada neneknya. Bisa juga karena faktor keturunan, di mana orangtua atau generasi sebelumnya punya pola makan yang tidak sehat.
"Misalnya, dulu orangtuanya jika pagi menyantap gorengan, siang dan malam juga makanannya tidak sehat," ujar Riani. Sehingga, ketika anak tadi menjadi orangtua, dia juga akan mengikuti pola orangtuanya. Sebab, anak ini merasa selama ini orangtuanya berhasil ketika menerapkan pola itu kepadanya. Pola makan salah yang diulang inilah yang bisa menyebabkan metabolisme lambat.

PILIH MAKANAN
Pola makan yang tidak sehat bisa mengakibatkan seseorang menjadi gemuk, dan orang yang gemuk otomatis memiliki metabolisme tubuh yang lambat. Membicarakan metabolisme tubuh, menurut Riani, berarti membicarakan apa yang kita hadapi saat makan. Sebetulnya, metabolisme tubuh bisa diatur, tergantung dari makanan yang kita pilih untuk dikonsumsi. Orang yang menjaga pola makan dengan benar sejak muda, imbuh Riani, akan memiliki tubuh yang tetap proporsional ketika dia tua.
Meski ada orang yang "rewel" karena makanan yang dikonsumsinya harus mengandung sayur dan berbagai macam nutrisi, namun tak sedikit orang yang banyak makan tapi tak tahu manfaat makanan itu bagi tubuhnya. "Mereka makan asal kenyang, tak peduli gizi. Jika tak ada nutrisinya, makanan yang dikonsumsi hanya akan menjadi racun dalam tubuh," tutur Riani.
Padahal, nutrisi yang masuk sangat berguna bagi triliunan sel tubuh untuk melakukan regenerasi. Riani mencontohkan, ketika seseorang mengonsumsi 1300 kalori, lalu berolahraga hingga menghabiskan 500 kalori, itu artinya metabloisme tubuhnya membakar 500 kalori. Metabolisme tubuh yang tinggi saat berolahraga ini juga membakar minyak yang dikonsumsi. Namun, orang yang mengonsumsi makanan rendah kalori bahkan nol kalori, ketika berolahraga tubuhnya tidak dapat membakar sesuatu.
"Meskipun berolahraga setengah mati, apa yang akan dibakar oleh metabolisme tubuh, jika kalori yang masuk tidak ada? Jika begini, mengurangi berat badan juga susah tercapai," jelas Riani. Perempuan yang berprofesi sebagai spesialis detoksifikasi ini menambahkan, makanan nol kalori justru tidak bergizi. Walaupun sebetulnya, bisa saja metabolisme tubuh membakar nutrisi dalam tubuh. Namun, hal itu justru akan membuat tubuh mengalami malnutrisi.
Jadi, meski sudah memilih makanan, pilih yang menyehatkan tubuh. Riani menambahkan, ketika seseorang ingin mengurangi berat badannya, diet yang benar harus dilakukan. Untuk orang seperti ini, dia menyarankan untuk memilih nasi daripada roti. Sebab, kadar gula roti lebih tinggi dibanding nasi. Nasi juga lebih baik daripada bakmi, karena terigu yang jadi bahan dasar mi mengandung kalori dan gula tinggi, lebih tinggi dari nasi.

MIRIP MATAHARI
Selain itu, orang yang berdiet juga harus tahu kinerja metabolisme tubuhnya, termasuk cepat atau lambat. Jarak antara waktu makan terakhir dan tidur juga harus diperhatikan agar metabolisme tubuh bisa mengolah makanan secara baik. "Yang dijadikan patokan sebetulnya jarak itu tadi, bukan aturan makan sebelum jam tujuh malam. Minimal, makanlah 2-3 jam sebelum tidur malam. Ini pun tergantung apa yang dimakan."
Jika yang dimakan sayuran, boleh tidur 2 jam setelahnya. Tetapi, bila daging yang dikonsumsi, minimal tiga jam setelahnya baru tidur. Sebab, terang Riani, ketika tidur metabolisme tubuh langsung melambat 50 persen dibanding saat terjaga. Apalagi, semakin malam metabolisme tubuh semakin melambat. Uniknya, tuturnya, metabolisme tubuh memiliki jam kerja yang mirip dengan perputaran matahari.
Di pagi hari, metabolisme tubuh akan meningkat seiring dengan naiknya matahari. "Saat matahari ada di atas kepala, metabolisme tubuh akan bekerja cepat. Jadi, jika mau makan banyak pada jam 11.00, misalnya, silakan saja. Tapi saat matahari mulai turun, sekitar pukul 14.00, metabolisme juga melambat. Jadi, jangan terus digenjot makanan saat itu," paparnya.
Di sisi lain, bentuk tubuh juga perlu diperhatikan saat ingin berdiet. Orang yang bentuk tubuhnya seperti buah pir (tubuh bagian bawah lebih besar daripada bagian atas) tentu tak bisa menggunakan cara diet orang yang tubuhnya berbentuk apel (tubuh bagian atas lebih besar daripada bagian bawah). Hasilnya tentu tidak akan tercapai.
Di dalam tubuh sendiri, metabolisme diatur oleh hormon tiroid. Bila hormon tiroid seimbang, metabolisme tubuh akan berjalan lancar dan berat tubuh juga akan menjadi proporsional. "Tapi, jika seseorang memiliki tubuh yang makin lama makin gemuk, berarti tiroidnya tidak berfungsi sempurna. Seharusnya, tubuh tidak hipertiroid (kelebihan tiroid) dan tidak hipotiroid (kekurangan tiroid)," jelas Riani.

PINDAH "UKURAN"
Seseorang yang hipertiroid memiliki sistem metabolisme tubuh yang berjalan sangat cepat. Bila orang umumnya membutuhkan waktu dua jam untuk bermetabolisme, misalnya, orang dengan hipertiroid hanya membutuhkan satu jam.
Sebaliknya, orang yang hipotiroid metabolismenya sangat lambat, sehingga tubuh jadi sangat gemuk. Pada orang hipotiroid, yang perlu dilakukan lebih dulu bukanlah diet, melainkan menyeimbangkan hormon tiroid. Sehingga, berat badan otomatis akan turun. "Bila berat badan orang yang bertubuh gemuk tetap tidak turun padahal dia benar-benar menaati perintah diet dokter, sebaiknya hormon tiroidnya diperiksa," saran Riani.
Agar program diet sukses, yang dibutuhkan pertama adalah tujuan yang jelas. Misalnya, karena ingin mengubah hidup menjadi lebih baik. "Jika alasannya karena punya pacar, bukan tidak mungkin saat putus pacaran tubuhnya dibiarkan gemuk lagi." Pada dasarnya, jumlah asupan yang dikonsumsi dengan yang dikeluarkan harus seimbang. Bila seseorang yang gemuk ingin menguruskan badan, dia harus mengurangi makannya.
"Secara logika, gemuk berarti apa yang dimakan sudah berlebihan dibanding yang dibakar tubuh. Berarti, asupannya harus dikurangi. Orang yang ingin mengurangi beratnya sampai 40 persen, misalnya, berarti harus mengurangi porsi makan sejumlah itu. Yang jelas harus dikurangi adalah gorengan, camilan, dan makanan manis," paparnya. Di sisi lain, orang kurus yang ingin gemuk juga tidak berarti boleh makan apa saja tanpa memperhatikan gizi.
Junk food, lemak jahat, dan makanan tidak sehat tetap harus dihindari, karena tubuh kurus belum tentu tidak mengandung penyakit. Orang yang berat badannya di bawah normal, perlu gizi lebih banyak daripada orang normal. Yang juga perlu diingat adalah orang dengan ukuran tubuh tertentu, tidak bisa dengan mudah, bahkan mustahil "ganti" ukuran.
Riani mencontohkan, orangtua yang berbadan tinggi-besar, pada umumnya akan menurunkan bentuk tubuh yang sama pada anaknya. Ketika si anak ingin sekurus orang yang berperawakan kecil, hal ini sulit terjadi. "Sebab, tulangnya saja sudah besar, jadi ukuran kurusnya kedua orang ini tentu tidak sama, walaupun yang berbadan besar ini diet mati-matian. Keduanya hanya berbeda ukuran," jelas Riani.
Sayangnya, masyarakat masih punya cara pandang yang salah dengan menganggap, kurus berarti bertubuh kecil. Sehingga, banyak orang terkadang memaksakan diri untuk "pindah" ukuran.

TUA = SELALU GEMUK?
Benarkah tua selalu berarti tubuhnya menjadi gemuk? Menurut Riani, sebetulnya tidak ada teori yang mengatakan, ketika beranjak tua orang selalu akan menjadi gemuk. Lalu, mengapa setelah mengalami menopause dan andropause, perempuan dan laki-laki seringkali menjadi gemuk? Menurut Riani, hal ini terjadi karena semasa muda, mereka tidak menjaga pola makannya.
Walaupun penuaannya baru akan terjadi di usia 50-60 tahunan, menurut Riani, seharusnya mulai diantisipasi sejak beberapa tahun sebelumnya. Jika tidak, maka penuaan akan terjadi sejak usia 40-an. Sebab, makanan yang masuk ke dalam tubuhnya tidak cukup untuk meregenerasi sel-sel tubuh. Akibatnya, tubuhnya mulai menggemuk pada umur 40-an, yang seharusnya baru terjadi pada usia 60 tahun.
Meski tidak bisa dicegah datangnya, penuaan bisa diperlambat. Saat usia bertambah tua, konsumsilah makanan yang sehat dan tetaplah berolahraga. Sayangnya, masih banyak orang yang justru semakin berani menyantap apa saja ketika usianya semakin tua. "Mungkin karena sudah tidak terlalu butuh menjaga penampilan ya. Baju ketat sudah tidak dipakai, hidup lebih santai, dan tidak lagi mencari pasangan."

Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates