Kamis, 20 Januari 2011
Diabetes tak hanya berhubungan dengan makanan mengandung gula, tapi juga kondisi psikologis. Sebuah studi mengklaim bahwa depresi atau stres juga dapat memicu diabetes. Bahkan bak lingkaran setan, diabetes juga bisa memicu depresi.
"Walaupun telah dihipotesiskan bahwa hubungan diabetes-depresi adalah dua arah," ujar para peneliti seperti dikutip dari Times of India.
Bersama timnya, An Pan, dari Harvard School of Public Health, Boston, menilai hubungan antara diabetes dan depresi di kalangan 65.381 wanita usia 50 sampai 75 tahun pada 1996.
Seluruh responden terklasifikasi sebagai orang dengan masalah depresi, memiliki gejala depresi, menggunakan obat antidepresan, atau telah didiagnosis depresi oleh dokter. Selama 10 tahun penelitian, 2.844 wanita didiagnosis diabetes tipe 2 dan 7.415 mengalami masalah depresi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita depresi 17 persen lebih mungkin mengembangkan diabetes, setelah mengendalikan faktor risiko lainnya, seperti aktivitas fisik dan indeks massa tubuh (BMI). Dan orang-orang yang menggunakan antidepresan memiliki 25 persen risiko lebih tinggi terkena diabetes dibanding mereka yang tidak mengalami depresi.
Wanita dengan diabetes 29 persen lebih mungkin mengembangkan depresi. Wanita yang mengkonsumsi insulin untuk diabetes memiliki risiko meningkat lebih jauh 53 persen lebih tinggi daripada wanita tanpa diabetes.
Hasil penelitian menunjukkan, depresi yang mungkin memiliki efek pada resiko untuk diabetes adalah berat badan dan tidak aktif secara fisik. Selain itu, temuan memperkuat penelitian bahwa diabetes berhubungan dengan stres.
"Penelitian selanjutnya diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan kami di populasi yang berbeda dan untuk menyelidiki mekanisme potensi yang mendasari hubungan ini," kata peneliti studi dalam laporan 'Archives of Internal Medicine' edisi 22 November.
Gejala diabetes diperlihatkan dengan kadar gula darah tinggi dan ketidakmampuan untuk memproduksi insulin. Umumnya ditandai dengan sering buang air kecil, mudah haus, penglihatan kabur, serta mati rasa di tangan atau kaki. Sedangkan gejala depresi antara lain cemas, putus asa atau bersalah, kurang tidur, nafsu makan hilang atau berlebih, hingga hilangnya minat hidup.
Tingkat depresi tinggi akan memengaruhi kadar gula darah dan metabolisme insulin, melalui pelepasan hormon stres atau kortisol. Sementara diabetes dapat memicu stres kronis. Jadi hubungan diabetes dan depresi tak hanya persoalan gaya hidup tak sehat, tapi juga memiliki keterkaitan secara biologis. (pet)
Sumber
VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar