Selasa, 25 Januari 2011
VIVAnews – Sebagai orang tua, tentu Anda terkadang mengkhawatirkan akivitas buang air besar (BAB) bayi. Apalagi, kalau si kecil sampai berkali-kali melakukannya dalam sehari.
Warna, bentuk, dan pola BAB bayi beda jauh dari orang dewasa. Inilah yang mungkin kerap membuat orangtua cemas. Sebenarnya, sering BAB tidak berarti ada masalah dalam pencernaan si kecil. Itu masih wajar.
Kecuali, bila warna fesesnya (tinja) putih atau disertai darah, nah yang ini patut Anda cemaskan. Boleh jadi ini merupakan tanda ada masalah serius dalam pencernaannya si kecil.
Agar para orang tua dapat memahami secara lebih lengkap mengenai mengenai feses bayi, berikut ini penjelasan dr. Waldi Nurhamzah, Sp.A.
WARNA
Umumnya, feses bayi dapat dibedakan menjadi kuning atau cokelat, hijau, merah, dan putih atau keabu-abuan. Normal atau tidaknya sistem pencernaan bayi dapat dideteksi dari warna itu.
- Kuning
Seperti dikutip dari situs Children's Liver Disease Foundation, feses berwarna kuning diindikasikan sebagai kondisi normal. Warna feses bayi biasanya juga sangat dipengaruhi oleh susu yang dikomsumsinya. "Bila bayi minum ASI secara eksklusif, kotorannya berwarna lebih cerah dan cemerlang atau didominasi warna kuning, karenanya disebut golden feces. Berarti ia mendapat ASI penuh, dari foremilk (ASI depan) hingga hindmilk (ASI belakang)," kata Wandi.
Warna kuning timbul dari proses pencernaan lemak yang dibantu oleh cairan empedu. Cairan empedu dibuat di dalam hati dan tersimpan beberapa waktu di dalam kandung empedu sampai saatnya dikeluarkan. Bila di usus terdapat lemak yang berasal dari makanan, kandung empedu akan berkontraksi (mengecilkan ukurannya) untuk memeras cairannya agar keluar. Cairan empedu akan memecah lemak menjadi zat yang dapat diserap usus.
Sedangkan bila yang dikonsumsi bayi adalah susu formula atau ASI yang dicampur susu formula, biasanya warna feses akan menjadi lebih gelap, seperti kuning tua, agak cokelat, cokelat tua, kuning kecokelatan atau cokelat kehijauan.
- Hijau
Feses berwarna hijau juga termasuk kategori normal. Meski begitu, warna ini tidak boleh terus-menerus muncul. "Ini berarti cara ibu memberikan ASI-nya belum benar. Yang terisap oleh bayi hanya foremilk saja, sedangkan hindmilk-nya tidak," kata Wandi. Kasus demikian umumnya terjadi bila produksi ASI sangat melimpah.
Di dalam payudaranya, ibu memiliki ASI depan (foremilik) dan ASI belakang (hindmilk). Pada saat bayi menyusu, ia akan selalu mengisap ASI depan lebih dulu. Bagian ini mempunyai lebih banyak kandungan gula dan laktosa tapi rendah lemak. Sifatnya yang mudah dan cepat diserap membuat bayi sering lapar kembali.
Sedangkan, ASI belakang (hindmilk) akan terisap kalau foremilk yang keluar lebih dulu sudah habis. Hindmilk mengandung banyak lemak. "Lemak ini yang membuat tinja menjadi kuning."
Nah, kalau bayi hanya mendapat foremilk yang mengandung sedikit lemak dan banyak gula, terkadang terjadi perubahan pada proses pencernaan yang akhirnya membuat feses bayi berwarna hijau. Bahkan sering juga dari situ terbentuk gas yang terlalu banyak, sehingga bayi merasa tak nyaman (kolik).
Feses yang normal semestinya itu tidak terus menerus berwarna hijau, tapi hijau kuning, hijau, dan kuning, secara bergantian. "Ini berarti bayi mendapat ASI yang komplit, dari foremilk sampai hindmilk supaya kandungan gizinya komplit. Setiap ibu harus mengusahakan agar bayinya mendapat foremilk dan hindmilk sekaligus."
Sayangnya, di samping ASI, ibu juga kerap memberikan tambahan susu formula. Sebelum proses menyusunya mencapai hindmilk, anak sudah telanjur diberi susu formula hingga kenyang. Akibatnya, ia hanya mendapat ASI foremilk saja.
Waldi menyarankan, "Berikan ASI secara eksklusif. Perbaiki penatalaksanaan pemberiannya agar bayi bisa mendapat foremilk dan hindmilk." Kiatnya mudah, yakni susui bayi dengan salah satu payudara sampai ASI di situ habis, baru pindah ke payudara berikutnya.
- Merah
Warna merah pada kotoran bayi bisa disebabkan adanya tetesan darah. Namun dokter tetap akan melihat, apakah merah itu disebabkan darah dari tubuhnya sendiri atau dari ibunya.
Jika bayi sempat mengisap darah ibunya pada proses persalinan, maka pada fesesnya akan ditemukan bercak hitam yang merupakan darah. Umumnya bercak itu muncul selama satu sampai tiga hari. "Jadi, tinggal dites saja, asalnya dari mana? Dari darah ibu atau darah bayi," kata Wandi.
Bila darah itu tetap muncul pada fesesnya (bisa cair ataupun bergumpal), dan ternyata bukan berasal dari darah ibu, maka perlu diperiksa lebih lanjut. Kemungkinannya hanya dua, yaitu alergi susu formula bila bayi sudah mendapatkannya, dan penyumbatan pada usus yang disebut invaginasi. Dua-duanya butuh penanganan. Kalau ternyata invaginasi, bayi harus segera dioperasi.
"Darah ini sangat jarang berasal dari disentri amuba atau basiler, karena makanan bayi, kan, belum banyak ragamnya dan belum menyantap makanan yang kotor," kata Wandi. Kalau penyakitnya serius, biasanya bayi juga punya keluhan lain, seperti perutnya membuncit atau menegang, muntah, demam, rewel dan kesakitan.
- Putih atau keabu-abuan
Waspadai segera jika feses bayi yang baru lahir berwarna kuning pucat atau putih keabu-abuan. Baik yang encer ataupun padat. Warna putih menunjukkan gangguan yang paling berbahaya. Bisa disebabkan gangguan pada hati atau penyumbatan saluran empedu. "Ini berarti cairan empedunya tidak bisa mewarnai tinja, dan ini tidak boleh terjadi dan bisa dinyatakan sebagai ‘lampu merah.’
Waldi menegaskan bila bayi sampai mengeluarkan tinja berwarna putih, saat itu juga ia harus dibawa ke dokter. Jangan menundanya sampai berminggu-minggu karena pasti ada masalah serius yang harus diselesaikan sebelum bayi berumur tiga bulan. Sebagai langkah pertama, umumnya dokter akan segera melakukan USG pada hati dan saluran empedunya.
BENTUK
Feses bayi di dua hari pertama setelah persalinan biasanya berbentuk seperti ter atau aspal lunak. Zat buangan ini berasal dari pencernaan bayi yang dibawa dari kandungan. Setelah itu, feses bayi bisa bergumpal-gumpal seperti jeli, padat, berbiji/seeded dan bisa juga berupa cairan.
Feses bayi yang diberi ASI eksklusif biasanya tidak berbentuk, bisa seperti pasta/krem, berbiji (seeded), dan bisa juga seperti mencret/cair. Sedangkan feses bayi yang diberi susu formula berbentuk padat, bergumpal-gumpal atau agak liat dan merongkol/bulat. Makanya bayi yang mengonsumsi susu formula, kadang suka bebelan (susah buang air besar), sedangkan yang mendapat ASI tidak.
Bila bayi yang sudah minum susu formula mengeluarkan feses berbentuk cair, hal itu perlu dicurigai. "Bisa jadi si bayi alergi terhadap susu formula yang dikonsumsinya atau susu itu tercemar bakteri yang mengganggu usus."
Kesulitan mendeteksi normal tidaknya feses akan terjadi bila ibu memberikan ASI yang diselang-seling susu formula. Misalnya, akan sulit menentukan apakah feses yang cair/mencret itu berasal dari ASI atau susu formula.
"Kalau mencretnya karena minum ASI, ini normal-normal saja karena sistem pencernaannya memang belum sempurna. Tetap rutin susui bayi agar ia tidak mengalami dehidrasi. Tapi bila mencretnya disertai keluhan demam, muntah, atau keluhan lain, dan jumlahnya sangat banyak serta mancur, berarti memang ada masalah dengan bayi. Ia harus segera dibawa ke dokter. (pet)
0 komentar:
Posting Komentar