Rabu, 03 Februari 2010
Untuk membedakannya dengan penyakit lain, maka ditetapkan kriteria oleh America Rematology Association (ARA), untuk mendiagnosis lupus atau tidak. Gejalanya antara lain:
- Sakit pada sendi/ tulang
- Demam tinggi berkepanjangan bukan disebabkan infeksi
- Sering cepat merasa lelah
- Ruam pada kulit
- Timbul bercak-bercak merah berbentuk kupu-kupu melintang pada pipi dan hidung
- Anemia
- Ganguan ginjal
- Sakit di bagian dada saat menarik nafas dalam
- Sensitif pada matahari/sinar (photosensitivity) 30%
- Rambut rontok
-Ujung jari berwarna kebiruan/pusat
- Sariawan yang hilang timbul
Apabila Anda mengalami empat dari gejala-gejala di atas, periksalah segera ke dokter pemerhati lupus, seperti dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi, rematologi, ginjal, hipertensi, dan alergi imunologi.
Deteksi lebih cepat, lebih baik. Sebab, bila sudah pada kondisi parah, proses peradangan berkepanjangan dapat merusak organ vital tubuh dan mengganggu fungsinya. Dampak yang cukup parah, antara lain, timbul aterosklerosis, yang meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Selain itu, juga dapat merusak ginjal hingga memerlukan pengobatan dialysis (cuci darah) secara rutin.
Bila sudah terserang lupus, sepanjang hidup odapus (orang yang menderita lupus) akan berdampingan dengan penyakit ini. Namun, lupus bisa dikendalikan, asalkan pasien sabar dan rutin mengonsumsi obat-obatan. Kesabaran membuat sel-sel kekebalan tubuh menjadi normal kembali, sehingga gejala lupus tak muncul lagi. Ketelatenan mengonsumsi obat juga bisa menjadi penentu perbaikan kondisi penderita lupus
Ingin tahu lebih lanjut mengenai penyakit ini?
1. Hubungi Yayasan Lupus Indonesia
- Jabodetabek di 021- 68386897
- Surabaya di 031 – 710 803 07
- Bandung di 022- 72799 57 atau 91222772
- Yogyakarta di 0274 - 6526409
2. Kirimkan pertanyaan melalui SMS di hotline lupus 0818 145 211
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar