Senin, 28 Maret 2011
ANAK-anak biasanya mudah tergoda dengan camilan atau jajanan dengan kemasan yang menarik, apalagi bila harganya sesuai dengan kantong mereka. Namun, apakah mereka sadar bahwa tak semua makanan yang biasa mereka temnui di sekolah sehat untuk dimakan?
Terlebih dengan semakin maraknya peredaran makanan dan minuman yang mengandung bahan seperti zat pengawet dan pewarna yang membahayakan kesehatan. Jajanan berbahaya ini kerap kali kita jumpai di sekolah-sekolah dan tak semua anak mengetahui dan menyadari akan bahaya tersebut. Maka itu di sinilah pentingnya peran orang dewasa dalam mengedukasi anak-anak tentang jajanan sehat. Tak hanya orang tua di rumah, tapi juga pihak sekolah seperti guru dan petugas kantin.
Orang tua biasanya akan melakukan pencegahan dengan memberikan bekal makanan kepada anaknya, seperti Tusita Mettadevi Suprapto, 12, yang mengaku sang ibu selalu memberikan ia bekal untuk di sekolah. Salah satu finalis Jagoan Cerdas Indonesia 2011 bersama Clevo ini bertutur, "Ada sih yang jualan jajanan di sekolah, tapi aku bawa bekal. Kalau mau jajan aku biasanya jajan biskuit atau susu."
Saat ditanya tentang jajanan sehat, gadis berambut pendek ini dengan polos berujar, "Jajanan sehat itu makanan yang tidak memakai pewarna, bersih, dan dalam keadaan tertutup." Maka itu, ia berasumsi jajanan kaki lima yang biasa ia temui di depan sekolahnya tidaklah sehat karena kebanyakan dijual tanpa kemasan dan dibiarkan terbuka. "Kebanyakan jajanan dibuka, makanya aku jarang jajan di luar, mendingan ke kantin."
Hal serupa diutarakan dua finalis Jagoan Cerdas Indonesia 2011 bersama Clevo lainnya saat berkunjung ke Wisma Garuda Food di Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Kamis (10/3). Masayu Amira Dhiya Nabila, 12, yang jago story telling mengaku, "Aku suka jajan di sekolah, tapi enggak suka jajan yang di luar sekolah, aku lebih suka jajan di kantin." Si perenang Andreas Budiarto, 12, malah mengaku kapok jajan sembarangan. "Soalnya bekalnya cukup lagian saya nggak suka dengan jajan di luar sekolah. Saya pernah coba jajan di kaki lima, tapi langsung sakit langsung sakit."
Marketing Manajer Garuda Food Martinus Rezal mengutarakan, "Kami sebenarnya turut prihatin dengan banyaknya jajanan yang tidak sehat. Terlebih anak-anak kan tidak tahu jajanan mana yang baik dan mana yang mesti dihindari karena memang tak ada label atau keterangan tentang hal itu dalam kemasannya." Menurutnya, anak-anak biasanya akan memilih makanan yang enak, menarik, dan sesuai dengan kantong mereka.
Sebagai produsen makanan dan minuman untuk anak-anak, Garuda Food pun tak berdiam diri. Martinus menjelaskan pihaknya telah melakukan edukasi melalui beberapa program yang intinya memberi tahu anak-anak agar lebih bijak dalam memilih jajanan, Tak hanya anak, tapi termasuk pihak kantin sekolah. "Jangan hanya mengutamakan keuntungan, tapi semestinya juga lebih bertangung jawab atas makanan yang tidak dan boleh dijual karena mereka pastinya lebih tahu," kata Martinus
Martinus lalu memaparkan tidak semua bahan berpengawet itu membahayakan, ada bahan pengawet terkadang diperlukan dalam pengemasan sebuah produk makanan. Tapi, tak disangkal, memang ada beberapa pihak yang lepas kontrol terutama industri-industri yang tidak terpantau oleh pemerintah dalam hal ini Badan POM. "Ada juga yang mungkin belum paham mengenai prosedur pemakaian bahan pengawet. Maka itulah, kami melakukan edukasi terutama kepada anak-anak agar bisa memilih jajan yang sehat." (Pri/OL-06)
Artikel Yang Berhubungan
Label: kesehatan
0 komentar:
Posting Komentar