-->

Kamis, 17 Maret 2011

Andi Saputra - detikNews - Jakarta - Jika sebagian besar masyarakat menilai aksi bom buku yang ditujukan kepada Ulil Abshar Abdala sebagai aksi terorisme, namun tidak bagi ahli psikologi forensik. Menurut Reza Indragiri Amriel, aksi tersebut hanyalah aksi vandalisme belaka.

"Ayo tiru Amerika Serikat, menyebut kejadian kemarin sebagai aksi vandalisme. Jangan setiap ada bom, kita serta-merta pakai sebutan terorisme," ujar Reza saat berbincang dengan detikcom, Rabu, (16/3/2011).

Menurut Reza, vandalisme lebih di dorong oleh motif pribadi dengan kalkulasi seadanya. Sedangkan teror sudah terorganisasi sehingga lebih sophisticated.

"Pelakunya tidak sefanatis/semaniak aksi-aksi terdahulu. Barangkali dia sebatas terinspirasi oleh teror bom surat/paket dari Yaman di AS November lalu," tandas staf pengajar kampus Bina Nusantara, Jakarta ini.

Lebih jauh dia menjelaskan sedikitnya ada 6 fakta yang seharusnya tidak membuat masyarakat sepanik sekarang. Pertama yaitu modusnya adalah bom paket sedangkan dulunya bom bunuh diri. Kedua yaitu bahan peledak sekarang kecil sedangkan yang dulu sangat besar.

"Ketiga yaitu sasaran sekarang adalah individu sedangkan dulu bersifat massal," terang psikolog yang pernah menangani Ryan ini.

Keempat, sasaran sekarang adalah orang lokal sedangkan dulunya warga dunia. Kelima yaitu disclosure identitas langsung diketahui sebelum kejadian walau bisa saja palsu, dulunya disclosure setelah kejadian

"Yang terakhir rakitan bom sekarang sederhana, dulunya rumit," tandas Reza.

(asp/ape)

Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates