Kamis, 10 Maret 2011
VIVAnews - Pemerintah tengah mengkaji pengaturan konsumsi bahan bakar bersubsidi melalui larangan penggunaan Premium bagi kendaraan pribadi. Meski tak kunjung diputuskan, sedianya April mendatang semua kendaraan pelat hitam harus menggunakan Pertamax.
Bila program itu jadi dilaksanakan, konsumsi Pertamax nasional akan melonjak. Saat ini saja, konsumsi Pertamax 4,69 juta kiloliter (KL) per tahun. Memang, angka ini tak sebanding dengan bensin bersubsidi, Premium. Konsumsi Premium nasional 20,86 juta KL.
Anehnya, dalam paparan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Senin 7 Maret, Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan mengatakan, produksi Pertamax nasional hanya 0,46 juta KL. Artinya, sebagian besar atau 90 persen kebutuhan Pertamax masih impor.
Pengamat perminyakan Kurtubi mengatakan, dengan kondisi produksi Pertamax yang sangat kecil itu, pembatasan BBM hanya menambah permasalahan baru. Beban impor bahan bakar Pertamina bakal bertambah.
"Bagaimana mobil pelat hitam dialihkan ke Pertamax, kalau sebagian besar masih impor? Ini hanya menambah masalah baru saja," kata dia saat dihubungi VIVAnews.com, Rabu 9 Maret 2011.
Kurtubi mengatakan, sedikitnya produksi BBM dalam negeri terjadi karena Pertamina enggan menanam investasi pembangunan kilang baru. Kilang-kilang yang ada, semua sudah usang. "Rata-rata sudah puluhan tahun," katanya.
Pertamina saat ini memiliki enam kilang pengolahan minyak mentah. Kilang-kilang itu antara lain kilang Dumai (Riau) dengan kapasitas produksi 170 ribu barel per hari, kilang Plaju (Sumatera Selatan) sebanyak 118 ribu barel per hari, kilang Cilacap (Jawa Tengah) sebanyak 348 ribu barel per hari, kilang Balikpapan (Kalimantan Timur) sebanyak 260 ribu barel per hari, kilang Balongan (Jawa Barat) sebanyak 125 ribu barel per hari, dan kilang Kasim (Papua Barat) sebanyak 10 ribu barel per hari.
Sebanyak 74 persen produksi enam kilang tersebut merupakan BBM. Sisanya minyak bakar, bahan bakar khusus, dan produk non-bahan bakar minyak.
Wakil Presiden Komunikasi Korporat Pertamina Mochamad Harun membantah bila Pertamina tak mau investasi kilang. Sedikitnya produksi Pertamax, menurut Harun, karena pasar bahan bakar nonsubsidi itu masih kecil. "Buat apa kami investasi besar-besaran sementara pasarnya sedikit," kata Harun kepada VIVAnews.com
Harun juga mengatakan, Pertamina tengah menjajaki pembangunan kilang baru untuk menambah kapasitas produksi Pertamax. Bila tak ada aral melintang, kilang senilai US$2,5 miliar ini akan meningkatkan produksi Pertamax menjadi 4,47 juta KL pada 2014. Jumlah itu terus meningkat menjadi 8,36 juta KL pada 2017. (sj)
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar