-->

Sabtu, 21 Agustus 2010


PURWATI Pangestuti sama sekali tidak merasakan gejala kelainan apapun sebelum hasil pap smear menunjukkan kalau dia mengalami kelainan pada serviks. Ibu yang bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta ini mengaku selalu melakukan check-up rutin dari kantor setiap tahun termasuk pap smear."Saya sudah melakukan pap smear selama 10 tahun dan tidak pernah terdeteksi apa-apa," terang Purwati. Karena itu, begitu hasil tes pap smear menunjukkan kelainan 1 tahun lalu, Purwati memutuskan melakukan pap smear ulang ke Yayasan Kanker Indonesia.

Hasilnya, terang dia, dokter mengkhawatirkan adanya kelainan dan meminta dia melakukan pemeriksaan ulang. Selanjutnya, Purwati kembali melakukan pap smear di Rumah Sakit Umum Persahabatan."Dan saya lega karena hasilnya negatif," terang Purwati. Meskipun lega, hasil yang berbeda-beda membuat Purwati bingung dan memutuskan melakukan pap smear ulang dan hasilnya positif kanker serviks."Jarak pap smear pertama dengan keempat ada 9 bulan, tanpa ada tahapan tiba-tiba kanker serviks saya sudah ganas," ujar Purwati."Saya saja yang rutin pap smear bisa begitu, bagaimana yang tidak pap smear?"

Menurut dr. Tofan Widya Utami SpOG dari departemen obstetri/ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM), sifat kanker serviks yang tidak memiliki gejala-gejala awal serta waktu perkembangannya menjadi kanker yang terhitung lama (3-17 tahun), seringkali menjadi penyebab kanker ditemukan dalam stadium lanjut. Dan menempatkan kanker ini sebagai salah satu penyebab kematian utama perempuan, baik di dunia maupun di Indonesia.

Di dunia, terang Tofan, setiap 2 menit seorang perempuan meninggal akibat kanker serviks. Di Indonesia sendiri, lanjut dia, setiap satu jam 1 orang perempuan meninggal akibat kanker serviks."Ada 40-45 kasus baru per hari dengan angka kematian 20-25 orang per harinya," ujar Tofan dalam acara seminar bertema Risk of Cervical Cancer di Jakarta, Selasa (26/5).

Kanker serviks, terang Tofan, disebabkan oleh infeksi human papilloma virus (HPV). Virus ini, terang Tofan lagi, terdiri dari lebih 100 tipe. Akan tetapi, lanjut dia, tipe 16, 18, 45, 31, dan 52 merupakan penyebab lebih dari 80% kanker serviks."Tipe 16 dan 18 merupakan penyebab 97% kasus kanker serviks di Indonesia," terang Tofan.

Perempuan, terang Tofan, rentan terinfeksi HVP. Hingga 80% perempuan akan terinfeksi HPV semasa hidupnya. Dan 50% merupakan virus HPV yang bisa menimbulkan kanker. Akan tetapi, terang dia, biasanya sebagian besar infeksi akan sembuh dengan sendirinya. Kebanyakan infeksi HVP, terang Tofan, akan bertahan selama 8 bulan kemudian menghilang. Namun, sesudah 2 tahun masih ada 10% perempuan yang terdiagnosis adanya HVP di vagina dan
serviksnya.

Perkembangan infeksi ini, terang Tofan, akan dipicu menjadi kanker dengan adanya berbagai faktor pendukung seperti menikah muda, kehamilan yang sering, merokok, penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang, serta infeksi
menular seksual."Jangan biarkan anak menikah di bawah usia 20 tahun," tegas Tofan. Di bawah usia 20 tahun, terang Tofan, sel epitel serviks masih labil. Dan jika terekspose, lanjut Tofan, bisa mengubah perangai sel.

Selain itu, lanjut Tofan, melahirkan secara normal lewat vagina juga bisa menyebabkan cidera serviks. Bagi perokok, terang dia lagi, risiko mengalami kanker serviks 2 kali lebih besar dibandingkan mereka yang tidak perokok. Dan penggunaan pil kontrasepsi, lanjut dia, sebaiknya tidak terlalu lama, maksimal 8 tahun.

Tindakan pencegahan hindari kematian akibat kanker serviks

Jika ditemukan di tahap awal, terang Tofan, angka kesembuhan bisa mencapai 100%. Karena itu, lanjut dia, setiap perempuan sebaiknya melakukan tindakan pencegahan dengan melakukan vaksinasi. Vaksinasi ini, menurut dia, akan berfungsi membentuk antigen yang berfungsi melawan HPV. Sistem imun kita, terang Tofan, sangat lemah dan tidak peka terhadap HPV. Karena itu diperlukan vaksinasi."Vaksin bisa melindungi kita hingga 80%."

Selain vaksinasi, Tofan menjelaskan lebih jauh, tindakan pap smear, bagi yang sudah pernah melakukan hubungan intim, bisa mendeteksi kelainan pra kanker."Jika masih ditemukan pada tahap ini, masih bisa sembuh 100%."

Intinya, terang Tofan, setiap perempuan tanpa pandang usia dan gaya hidup bisa terserang kanker serviks. Karena itu, untuk menurunkan angka kematian akibat kanker ini, ada baiknya melakukan tindakan pencegahn dengan memadukan vaksinasi dengan tindakan screening seperti pap smear.




Sumber
mediaindonesia.com

Website yang berhubungan :
Tentang Aku
Sentuhan Rohani
Info Teknologi Terkini
Info Pendidikan
Info Kesehatan
Forum Di Web
Puisi-puisi ku

Artikel Yang Berhubungan



0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates